SEMARANG, iNews.id – Sejumlah pemuda dan mahasiswa diaspora Manggarai memeragakan atraksi tarian Caci di Lapangan Jalan Berlian Sambiroto, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Atraksi tari Caci ini guna menyemarakkan HUT ke-78 RI yang digelar Keluarga Besar Manggarai Flores NTT di Kota Semarang.
Selain tari Caci, juga digelar tarian Ase Kae, tarian Wela Kaweng dan Sanda/Danding. “Tari caci sendiri adalah tarian yang diwariskan para leluhur Manggarai, namun kami diaspora yang ada di Semarang memperhatikan budaya-budaya yang telah diwariskan pada nenek moyang kami,” kata Paulus Pangka, diaspora Manggarai Flores di Semarang, Kamis (17/8).
“Sehingga kami ditampilkan juga ada mahasiswa, pemuda, ini menandakan bahwa meskipun kami merantau tidak melupakan budaya adiluhung yang kami miliki dari Kabupaten Manggarai di Semarang ini,” katanya.
Salah satu tokoh diaspora Manggarai di Semarang, Dr Gregorius N Masdjojo mengatakan filosofi tari caci ini adalah bagaimana upaya masyarakat saat ini mempertahankan keluarga besar diwujudkan kaum lelaki menunjukkan kepahlawanan mereka, untuk mempertahankan berbagai macam kepentingan keluarga kecil maupun besar.
“Pada kegiatan di Semarang ini dalam rangka ikut mengambil bagian HUT ke-78 RI. Kami juga nanti akan melakukan anjangsana ke Solo bersama keluarga besar diaspora Manggarai Solo Jogja, dalam rangka mewartakan kepada publik Indonesia bahwa kami orang Manggarai,” ujar Gregorius.
“Kebetulan Labuan Bajo menjadi bagian yang cukup menarik dunia, kami di semarang punya kewajiban juga menyampaikan bahwa masih banyak nilai-nilai budaya untuk diangkat,” ujarnya.
Untuk diketahui, tari Caci merupakan tari perang sekaligus permainan rakyat antara sepasang penari laki-laki yang bertarung dengan cambuk dan perisai. Berawal dari masyarakat Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Caci berasal dari kata ca yang berarti satu dan ci yang artinya uji. Jadi, kata caci bermakna ujian satu lawan satu untuk membuktikan siapa yang benar dan salah.
Permainan rakyat Tari Caci dari Manggarai ini berlangsung saat syukuran musim panen (hang woja). Ritual tahun baru (penti), upacara pembukaan lahan atau upacara adat besar lainnya. Serta pementasan untuk menyambut tamu penting.
Penari yang bersenjatakan cambuk (pecut) bertindak sebagai penyerang. Kemudian seorang lainnya bertahan dengan menggunakan perisai (tameng). Mereka bertarung untuk menguji keberanian dan ketangkasan.
Editor : Ahmad Antoni
tari caci tarian caci manggarai flores ntt HUT ke-78 kemerdekaan RI HUT ke-78 RI kota semarang tari perang Paulus Pangka
Artikel Terkait