LEMBATA, iNews.id – Lembaga Bantuan Hukum (LBH) SIKAP melaporkan kasus dugaan penganiayaan sejumlah anggota TNI AD Koramil Lewoleba terhadap Anso Lamabelawa (22) warga Wangatoa, Lembata, NTT.
Peristiwa yang terjadi Minggu (8/11/2020) di depan Danramil 1624/03 Lewoleba, Mayor Chb Ikhsan itu mengakibatkan korban luka memar di beberapa bagian tubuhnya.
Sekretaris Lembaga Bantuan Hukum (LBH) SIKAP, Emanueal Belida Wahon mengaku sudah menangani masalah penganiayaan oleh anggota TNI AD di Markas Koramil Lewoleba.
“Kita koordinasi dengan jajaran Kodim untuk pengembangan seperti apa, kita akan ajukan laporan resmi ke POM Ende,” kata Nandes, Selasa (10/11/2020).
LBH SIKAP Lembata juga telah mendesak Kepala Staf Angkatan Darat untuk mencopot Danramil 1624/03 Lewoleba.
LBH SIKAP menilai tindakan alat negara atas nama negara, wajib hukumnya berlandaskan hukum. Jika tidak dikategorikan premanisme, melanggar hukum, dan terhadap tindakan tersebut wajib dipertanggungjawabkan di mata hukum, tanpa kecuali.
“Apalagi penganiayaan ini dilakukan oleh oknum anggota TNI di hadapan Danramil terhadap warga masyarakat sipil, di mana dianiaya di pinggir jalan, di bawa secara paksa layaknya diculik ke kantor Koramil Lewoleba lalu dikeroyok ramai-ramai,” katanya.
Menurut LBH SIKAP, ini perilaku preman dan oknum yang mencederai institusi Angkatan Darat khususnya, sehingga lembaganya akan menindaklanjuti dengan pengaduan resmi ke polisi militer.
Danramil 1624/03 Lewoleba Mayor Chb Ihsan mengatakan, peristiwa yang terjadi pada Minggu malam di markasnya untuk tujuan pembinaan terhadap masyarakat yang mengganggu ketertiban.
Mayor Ihsan pun mengaku telah membina anggotanya yang terlibat penganiayaan itu.
“Kepada pihak keluarga, kami juga sudah sampaikan permohonan maaf baik secara pribadi maupun institusi atas kekeliruan ini. Anggota kami juga harus diberi pembinaan,” ucapnya usai tabur bunga di Makam Almarhum (Purn) TNI Sersan Raya di Wangatoa (Nenek Korban) Selasa (10/11/2020).
Bentuk pembinaan yang diberikan kepada para anggota TNI AD tersebut berupa teguran dan kemudian dibina, juga melakukan pendekatan secara kekeluargaan.
Ihsan berharap, dengan pendekatan ini dapat terbangun berkomunikasi sehingga ke depan tidak berkelanjutan.
Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait