JAKARTA, iNews.id – Gereja tertua di Indonesia telah berdiri lebih dari ratusan tahun. Sejumlah gereja, bahkan sudah ditetapkan sebagai cagar budaya yang dilindungi oleh pemerintah.
Meski telah direnovasi beberapa kali, namun tidak mengubah nilai histori bangunan tersebut. Mana saja gereja yang telah lama berdiri dan memiliki sejarah penting, menarik untuk disimak.
Berikut, daftar gereja tertua di Indonesia:
1. Gereja Tugu, Jakarta
Gereja Tugu berlokasi di kampung tertua di Jakarta, yaitu Kampung Tugu, Jakarta Utara. Bangunan gereja yang berdiri saat ini bukanlah yang pertama kali dibangun.
Gereja Tugu pertama kali didirikan oleh Pdt. Melchior Leydecker pada 1678. Kemudian, pada 1738 dibangun ulang karena bangunan sebelumnya telah rusak. Berlanjut pada 1740 terjadi tragedi Geger Pecinan yang membuat gereja ini rusak.
Akhirnya, berkat bantuan tuan tanah Yustinus Vinck, gereja dibangun kembali dan diresmikan pada 27 Juli 1748.
Gereja Tugu merupakan gereja utama bagi orang-orang Kampung Tugu. Bila berkunjung ke tempat ini, seolah mengunjungi Portugis sebab asal muasal penduduk di kampung ini berasal dari sana. Tradisi Portugis sangat terasa pada hari raya Natal dan Tahun Baru.
Lokasinya berada di Jalan Raya Tugu Semper Barat No.20, RT. 10/6, Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14130
2. Gereja Sion, Jakarta
Merupakan gereja tertua di Jakarta yang masih digunakan hingga saat ini. Didirikan di Batavia, yakni Oude Koepelkerk pada 1626, khusus diperuntukkan bagi pekerja perusahaan dagang.
Sejak saat itu Jemaat Portugis memiliki tiga gedung gereja, yaitu Portugese Binnenkerk (Gereja Portugis di dalam Tembok Kota), Portugese Buitenkerk (Gereja Portugis di luar Tembok Kota), dan Gereja Kampung Tugu.
Dilansir dari laman Kemdikbud menyebutkan, Portugese Binnenkerk merupakan bangunan dari batu yang didirikan 1669-1672 dan diresmikan pada 1673 yang pada mulanya dimaksudkan untuk melayani kebaktian berbahasa Melayu sekaligus jemaat Mardijkers berbahasa Portugis.
Dalam perkembangannya, ternyata gereja tersebut terutama digunakan oleh jemaat berbahasa Portugis, sehingga akhirnya dikenal sebagai Portugese Binnenkerk. Namun, gereja yang berdiri di sekitar Jalan Kopi dekat Jembatan Kali Besar modern ini terbakar habis dan gereja darurat yang terbuat dari bambu dibangun di luar tembok kota, di sisi Timur, terdapat jemaat besar Mardijkers dan Kristen Pribumi.
Dalam perkembangannya, pondok terbuka yang sangat sederhana di luar tembok kota itu dianggap tidak memadai lagi sebagai tempat ibadah orang Mardijkers. Kemudian pada 11 Juli 1692, para pembesar VOC dan gereja di Batavia menyetujui pembangunan De Nieuwe Portugese Buitenkerk (Gereja Portugis baru di luar tembok kota).
Gereja ini dibuat oleh Ewout Verhagen Rotterdam dan peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Pieter van Hoorn, seorang pensiunan penasihat Pemerintah. Portugeesche Buitenkerk atau Gereja Portugis ini dibangun di sebelah tenggara tembok kota.
Portugeesche Buitenkerk ini dibangun di atas tanah hibah dari Karel Reiniersz. Pembangunan gereja selesai pada 23 Oktober 1695. Pada hari yang sama, dilakukan khotbah pertama dalam bahasa Belanda oleh Pendeta Theodarus Zas.
Pada awalnya, gereja ini diperuntukan bagi orang-orang Portugis. Sejak diresmikan penggunaannya sebagai tempat kebaktian 1695, gereja ini telah dua kali berganti nama.
Pada 1942, nama Gereja Portugis sempat dilarang oleh pemerintah penjajah Jepang dan ditutup selama dua tahun. Sesudah pendudukan Jepang berakhir dan Belanda kembali berkuasa, seorang pendeta Inggris bernama Charles Poire (1946) berhasil membuka kembali gereja ini.
Pada 1951, gereja ini disebut dengan nama Gereja Sion oleh Pendeta Charles Poire. Selanjutnya, pada 1965 Gereja Sion beroleh nama baru menjadi Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat Jemaat Sion.
Gereja ini tetap lebih dikenal dengan nama Gereja Sion hingga kini. Sejak 1972, Pemda DKI Jakarta menetapkan bangunan Gereja Sion ini menjadi salah satu bangunan bersejarah yang dilindungi Pemda DKI.
Lokasi, tepatnya berada di Jalan Pangeran Jayakarta No.1, RT.9/RW.4, Pinangsia, Kec. Taman Sari, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11110
3. Gereja Ebenhaezer, Maluku
Didirikan pada masa kepemimpinan Raja Sila Djouw Louwis Pati Sila dengan dibantu oleh Belanda dan masyarakat lokal. Prasasti yang tertempel di samping pintu masuk gereja mencatatkan pembangunan gereja ini.
Prasasti tersebut menjelaskan, “Djouw Louwis Pati Sila Pounja Wactoulni Jgeresia Souda Moulai Badiri Akan Kapada 28 Hari Boulang Mart Taon 1715 : Berhabis Akan Kapada Hari Boulang Taon 1719”.
Melalui prasasti itu diketahui, Gereja Ebenhaezer dibangun 1715 -1719. Bangunan gereja telah mengalami renovasi dari pertama kali berdiri hingga saat ini.
Lokasinya berada di Titawaai, Kecamatan Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku.
4. Gereja Blenduk, Semarang
Gereja Blenduk merupakan salah satu landmark di Kota Lama Semarang yang bergaya Eropa Klasik. Gereja tua ini dibangun pertama kali pada 1753. Namanya berasal dari kubahnya yang menggembung atau dalam bahasa Jawa disebut blenduk.
Mulanya gereja ini berbentuk rumah panggung dengan arsitektur Jawa. Gereja Blenduk terhitung telah mengalami tiga kali renovasi, yaitu pada 1753, 1894 dan 2003. Batu marmer di bawah altar gereja mencatat setiap renovasi yang pernah dilakukan.
Lokasinya berada di Jalan Letjen Suprapto No.32, Tj. Mas, Kec. Semarang Utara, Kota Semarang, Jawa Tengah 50174
5. Gereja Katedral, Jakarta
Termasuk salah satu gereja tertua di Indonesia. Gereja Katedral Jakarta yang berdiri saat ini ternyata bukan bangunan asli. Gereja Katedral yang asli pertama kali diresmikan pada 1810. Gereja ini terbakar pada 1826 dan roboh pada 1890. Barulah pada 1891, Provicatis Carolus Wenneker meletakkan batu pertama pembangunan gereja dan akhirnya diresmikan pada 21 April 1901.
Gereja Katedral Jakarta bernama resmi De Kerk van Onze Lieve Vrouwe ten Hemelopneming atau Santa Maria Pelindung Diangkat ke Surga. Arsitekturnya bergaya neo-gotik Eropa.
Gereja Katedral juga menjadi simbol kerukunan umat beragama di Indonesia karena letaknya berdampingan dengan Masjid Istiqlal.
Lokasinya berada Jalan Katedral No.7B, Ps. Baru, Kecamatan Sawah Besar, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10710
6. Gereja Immanuel, Jakarta
Pembangunannya dimulai pada 1834 berdasarkan rancangan J.H. Horst dan menyelesaikannya pada 1839. Pada bangunan gereja tertera nama Willemskerk untuk menghormati raja Belanda, yaitu Raja Willem I.
Menariknya, Gereja Immanuel merupakan gereja satu-satunya yang menggunakan bahasa Belanda untuk peribadatan. Termasuk, gereja tertua di Indonesia, Gereja Immanuel sudah tercatat sebagai cagar budaya Indonesia.
Lokasinya berada di Jalan Medan Merdeka Timur. No.10, RW.2, Kecamatan Gambir, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10110
7. Gereja Tua Banda Naira, Maluku
Dibangun oleh Belanda pada tahun 1873. Gereja berbentuk persegi panjang ini bergaya eropa yang bisa dilihat dari pilar-pilar di teras depan berbentuk doria. Gereja Tua Banda dibangun di atas kuburan prajurit dan orang-orang Belanda yang meninggal sewaktu mendakwahkan agama Nasrani di Banda Naira.
Sehingga, di lantai gereja bisa ditemukan beberapa nisan bertuliskan bahasa Belanda. Lokasinya berada di Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku
8. Gereja Fidelis Sejiram, Kalimantan Barat
Dibangun 1921-1924 oleh Pastor H. Looymans. Gereja ini menjadi saksi bisu penyebaran agama Katolik di sekitar daerah Desa Sejiram. Misi Katolik tersebut diberikan oleh pemerintah Belanda.
Gereja Fidelis Sejiram menggunakan bahan kayu ulin terdiri dari dua lantai. Namun, bangunan gereja telah mengalami beberapa renovasi sampai saat ini.
Lokasinya berada di Desa Sejiram, Kecamatan Seberuang, Kabupaten Kapuas Hulu, Propinsi Kalimantan Barat.
9. Gereja Tua Sikka, Nusa Tenggara Timur
Memiliki nama lain, Gereja Santo Ignatius Loyola. Gereja Tua Sikka dibangun pada 1893 oleh pastor Portugis JF Engbers D'armanddaville dan dirancang oleh Pastor Antonius Dijkmans yang juga arsitektur Gereja Katedral Jakarta.
Gereja ini bergaya Eropa bercampur sentuhan lokal. Banyak turis lokal maupun mancanegara mengunjungi bangunan tua bersejarah ini untuk wisata religi.
Lokasinya berada di Kecamatan Lela, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
Nah, itu dia sembilan gereja tertua di Indonesia yang masih berdiri sampai sekarang. Menarik untuk dikunjungi.
Editor : Kurnia Illahi
Artikel Terkait